Home / News / Rekening Bank Masyarakat Dibekukan PPATK, Langkah Bodoh?

Rekening Bank Masyarakat Dibekukan PPATK, Langkah Bodoh?

rekening dibekukan PPATK

Jakarta, viralhariini.com – Bayangkan Anda sedang makan di warung langganan. Tiba-tiba, datang petugas dan menyita dompet Anda hanya karena ada orang di meja sebelah yang dicurigai makan pakai uang haram. Padahal Anda cuma mau bayar soto ayam. Kira-kira, adil nggak? Inilah kira-kira yang terjadi ketika rekening masyarakat biasa tiba-tiba dibekukan oleh PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan). Di mata sebagian masyarakat, ini bukan sekadar langkah tegas! Ini adalah langkah gegabah yang terasa seperti “lempar jaring sembarangan di laut, berharap dapat ikan, tapi malah nangkep penyelam.”

Gajah Ditembak, Semut Ikut Mati

PPATK mungkin punya niat baik: membekukan rekening yang diduga terlibat dalam pencucian uang, pendanaan terorisme, atau transaksi mencurigakan lainnya. Tapi dalam praktiknya, banyak rekening “tidak bersalah” ikut dibekukan. Ini ibarat membakar rumah untuk bunuh tikus.

Contohnya? Ada orang jualan online, nerima transfer dari pelanggan. Ternyata salah satu pelanggan itu terlibat kasus kriminal. Lalu… boom! rekening si penjual ikut dibekukan. Padahal dia cuma jualan baju, bukan jual senjata.


Alarm Palsu: Terlalu Sering, Jadi Tidak Berguna

Sistem deteksi PPATK mungkin canggih, tapi kalau semua transfer di atas nominal tertentu langsung dianggap mencurigakan, ini bisa jadi seperti alarm rumah yang bunyi tiap ada kucing lewat. Lama-lama, orang jadi cuek, dan malah tidak sensitif lagi ketika alarm beneran berbunyi.

Yang lebih parah, kalau PPATK asal membekukan lalu butuh waktu berminggu-minggu untuk membuka kembali — itu sama saja seperti mengunci orang di dalam rumahnya karena curiga dia maling, tapi nggak pernah nanya atau kasih tahu alasannya.

Efek Domino: Ketika Ekonomi Rakyat Kecil Tersendat

Bayangkan seorang pedagang kecil di pasar menerima transfer dari pembeli luar kota. Lalu rekeningnya dibekukan. Uang dagang nggak bisa diputar. Stok barang menipis. Bisnis mandek. Dia jadi harus pinjam uang dari tetangga. Semua gara-gara satu klik dari meja PPATK.

Ini seperti mematikan lampu seluruh kota karena ada satu rumah yang nunggak listrik. Masalahnya, yang mati lampunya bukan cuma rumah itu — semua orang ikut gelap-gelapan.


Salah Sasaran = Hilangnya Kepercayaan

Lembaga seperti PPATK seharusnya seperti sniper: menembak dengan akurat, satu peluru, satu target. Tapi kalau yang terjadi malah seperti menebar peluru ke kerumunan dan berharap salah satu kena target, itu bukan penegakan hukum — itu asal tembak.

Akibatnya? Masyarakat jadi takut transaksi besar. Bisnis jadi waswas. Kepercayaan pada sistem perbankan hancur. Orang-orang mulai simpan duit di bawah bantal lagi. Padahal kita lagi ingin membangun literasi keuangan digital.

Solusi? Bukan Asal Beku, Tapi Verifikasi Dulu

PPATK punya wewenang, tapi wewenang tanpa akuntabilitas bisa berubah jadi kekuasaan buta. Kalau memang ada transaksi mencurigakan, kenapa tidak dipanggil dulu pihak terkait? Kenapa tidak diberi notifikasi, atau dibuka jalur klarifikasi yang cepat?

Negara harus melindungi rakyatnya — bukan membuat mereka ketakutan karena uang sendiri bisa dibekukan kapan saja tanpa penjelasan.

Waspada Boleh, Gegabah Jangan

Kami tidak sedang membela pelaku kejahatan finansial. Tapi membekukan rekening rakyat kecil tanpa dasar yang jelas itu seperti menghukum satu kelas karena satu murid nyontek. Salah besar. Dan jelas, itu bukan langkah cerdas. Itu langkah bodoh. PPATK harus evaluasi. Jangan sampai dalam upaya membasmi kriminal finansial, justru masyarakat biasa yang jadi korban collateral damage.

Budaya Cancel = Senjata Makan Tuan

“Cancel culture” jadi jurus pamungkas netizen. Tapi masalahnya, senjata ini nggak punya GPS moral.
Kadang cancel orang yang salah, kadang justru cancel orang yang nggak salah apa-apa.

Ibarat ngebakar rumah karena nemu kecoa satu. Besoknya nyesel, tapi rumah udah jadi abu. Dan yang lebih ngeri, netizen jarang minta maaf. Kalau salah? Diam aja, pindah topik. Sementara korban masih sibuk ngejelasin, mental udah babak belur. Hal ini harusnya jangan sampe terjadi dengan PPATK. Tegas boleh, tapi jangan salah langkah.

Baca juga : Ramalan Zodiak Leo Hari Ini: Saatnya Jadi Diri Sendiri Tanpa Drama

Tag:

Satu Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *