Jakarta, viralhariini.com – Bayangin lagi main game Among Us sama temen, tiba-tiba temen lo yang baru aja jadi impostor, eh ternyata dapat role jadi pemimpin di server sebelah, padahal di server utama udah ketahuan jadi impostor dan dikeluarin! Kira-kira kayak gitu drama terbaru dari dunia finansial terkait Adrian Gunadi, eks bos Investree, yang sekarang jadi CEO di Qatar.
Jadi ceritanya, Adrian Gunadi ini sempat jadi “anak emas” startup fintech lokal, Investree. Tapi di 2024, Investree kena masalah besar mulai dari kredit macet sampai izin usaha dicabut sama OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Udah kayak influencer yang kena unfollow massal. Nama Adrian anjlok di mata publik gara-gara kasus fraud yang merugikan banyak orang, khususnya para lender di platform Investree.
Eh, bukan cuman tidak berizin, Adrian juga masuk daftar buronan alias DPO (Daftar Pencarian Orang) dan muncul “red notice” Interpol. Simpelnya, ini kayak kalau lo kena banned di satu game, terus data lo masuk database cheater internasional. Banyak yang mengharapkan kalau hal ini nggak cukup cuman di-banned lokal aja.
Seriuskah Pemerintah Menangani Kasus Ini?
Tapi, plot twist datang dari negeri padang pasir. Saat OJK dan Interpol sama-sama sibuk cari, Adrian malah terpantau nongol di Qatar jadi CEO JTA Investree Doha Consultancy—anak usaha grup internasional yang fokus di solusi teknologi keuangan. Bukan job receh, lho! Di situs resmi perusahaan, profil Adrian disebut sebagai “operator global” yang memimpin pertumbuhan fintech di Asia Tenggara.
Hal ini memancing reaksi keras dari OJK, yang jelas nggak terima seorang buronan malah dapat posisi strategis di luar negeri. OJK bahkan ibarat mantan yang geram liat sang mantan move on lebih cepat, langsung bilang bahwa pihaknya menyesalkan instansi Qatar bisa memberikan izin ke Adrian. Padahal jelas-jelas sudah tersangka dan punya rapor merah di dunia keuangan Indonesia.
Langkah OJK sendiri nggak berhenti di situ; mereka terus dorong kerja sama dengan otoritas luar negeri. Ibarat admin server yang minta bantuan developer buat banned orang ini di mana pun dia nongol. Target utama: biar Adrian bisa dipulangkan buat ngadepin masalah hukum di tanah air dan bertanggung jawab ke para korban.
Kasus ini pengingat buat anak zaman sekarang kalau jejak digital tuh gak bisa ilang meski udah delete, ternyata gak sepenuhnya hilang. Sehebat apa pun “lompatan karir” seseorang, kalau masalah masa lalu belum kelar, pasti bakal ngejar.
Jadi, ke mana pun lari, baik di dunia nyata maupun maya, trust is currency. Dan kayak di Among Us, kalau udah ketauan impostor, nggak bakal mudah buat hilang dari radar!
Baca juga : Thailand dan Kamboja Terancam Kena Tarif 36% dari Trump: Ultimatum Serius!